Kasus Bunuh Diri Satu Keluarga di Jakarta Utara

 

Sumber foto: ANTARA/Mario Sofia Nasution


JKT Zone Fakta baru terkait insiden sekeluarga tewas mengenaskan usai melompat dari lantai 22 sebuah apartemen di Penjaringan, Jakarta Utara (Jakut).

Peringatan: Artikel ini mengandung konten bunuh diri

Satu keluarga tersebut terdiri atas ayah berinisial EA (51), ibu AEL (50), dan dua anaknya yakni perempuan berinisial JL (16) dan laki-laki berinisial JWA (13).

Peristiwa ini terjadi pada Sabtu (9/3). Keluarga korban yang diduga bunuh diri dengan melompat dari sebuah apartemen di Penjaringan, Jakarta Utara, kurang mendapatkan bantuan dari masyarakat dan keluarga besar sehingga bunuh diri menjadi pilihan terakhir.

Kondisi empat orang sekeluarga saat melompat dari lantai 22 apartemen Jakut dengan tangan yang saling terikat tali. Sang ayah, EA mengikatkan tangannya dengan sang anak perempuan JL, sementara sang ibu AEL mengikat tangannya dengan tangan anak laki-lakinya, JWA.

Berdasarkan rekaman CCTV apartemen, satu keluarga tersebut terlihat datang ke apartemen menggunakan mobil sekitar pukul 16.02 WIB, Sabtu (9/3).

Kemudian mereka terlihat naik lift menuju lantai 21. Dalam rekaman CCTV lift terlihat EA sempat mencium kening istri dan anak-anaknya. Setelah itu AEL terlihat mengumpulkan handphone suami dan kedua anaknya lalu diletakkan dalam tasnya.

Setelahnya, korban terpantau menuju ke arah roof top apartemen melalui tangga darurat. Tak berselang lama, keempatnya didapati terjatuh di dekat lobi apartemen dan meninggal dunia di lokasi kejadian.

Polisi menyebut keempatnya sudah 2 tahun tidak menempati unit milik mereka di apartemen tersebut.

Keempat jasad korban ditemukan petugas keamanan yang sedang berjaga di lobi apartemen. Saat itu, petugas keamanan mendengar ada suara dentuman keras dan langsung menghampiri sumber suara. Petugas kemudian segera melapor ke polisi saat menemukan empat mayat.

Berdasarkan hasil identifikasi dari Inafis (Indonesia Automatic Fingerprint Identification System), korban mengalami luka berat di bagian kepala, tangan, dan kaki.

Dilansir dari BBC News, keluarga korban diduga terlilit masalah finansial. Salah seorang tetangga korban, Arif mengaku sempat mendengar keluarga korban berencana pindah ke Solo, Jawa Tengah.

Pria yang bekerja sebagai pengusaha sarang burung walet itu menyatakan dirinya sempat memberikan uang sejumlah Rp3 juta kepada keluarga tersebut tanpa diminta.

Pendekatan masyarakat Indonesia terhadap bunuh diri perlu diubah

Bunuh diri bersama yang dilakukan keluarga di Penjaringan, Jakarta Utara, menunjukkan bahwa mereka sudah membuat perencanaan untuk mengakhiri hidup bersama.

“Karena ini adalah empat orang. Empat orang yang memilih untuk mengakhiri hidup mereka. Dan kami harus menjadi lebih baik sebagai Masyarakat yang diklaim komunal, untuk memperhatikan orang-orang yang menunjukkan tanda-tanda,” ujar Dr. Sandersan Onie, dikutip dari BBC News Indonesia.

Indonesia memiliki tingkat bunuh diri tidak tercatat tertinggi di dunia, sudah semestinya dapat memperhatikan tanda-tanda bunuh diri dalam seseorang atau sekelompok orang.

“Dilihat dari kejadian tersebut, tidak dipungkiri bahwa kalau sekarang semakin banyak wartga yang butuh bantuan dukungan dan tempat bercerita agar tidak gampang mengakhiri hidupnya,” ujar Tsabita saat diwawancarai (13/03).

 

Teks: Inay Widyaningrum

Foto: ANTARA/Mario Sofia Nasution

Komentar

Postingan Populer